Monday, December 14, 2015

jurnal Permasalahan masa remaja: krisis identitas,juvenile deliquent,pergaulan bebas dan penyakit seksual penyalah gunaan napza



A.    Materi/ Topik
Permasalahan masa remaja: krisis identitas,juvenile deliquent,pergaulan bebas dan penyakit seksual penyalah gunaan napza
B.     Judul Jurnal
Kenakalan anak (juvenile deliquency):Kausalitas dan upaya penanggulangannya
C.    Isi Jurnal
1.      Kenakalan anak (juvenile deliquency):Kausalitas dan upaya penanggulangannya
a.       Pendahuluan
Pada umumnya perilaku kenakalan anak dan remaja dimaknai sebagai suatu bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di tengah  masyarakat. Perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma itu dianggap sebagai anak yang cacat sosial (Kartini Kartono, 1988:93) dan kemudian masyarakat menilai cacat tersebut sebagai sebuah kelainan sehingga perilaku mereka pun disebut dengan Kaleena.Pengertian kenakalan anak atau juvenile delinquency yang dikemukakan oleh para ilmuwan beragam. Namun pada intinya menyepakati bahwa kenakalan anak merupakan perbuatan atau tingkah laku yang bersifat anti sosial. Sebagaimana juga disepakati oleh badan peradilan Amerika Serikat pada saat pembahasan Undang-Undang Peradilan Anak di negara tersebut (Wagiati Soetodjo, 2008:9).
b.      Pembahasan kausalitas Kenakalan Anak
Pada awalnya para kriminolog mengasumsikan bahwa unsur-unsur niat dan kesempatan sangat berpengaruh terhadap sebab-sebab (kausalitas) Menurut bentuknya, Sunarwiyati S. (1985), membagi kenakalan anak dan remaja ke dalam tiga tingkatan; a. kenakalan biasa, seperti suka berkelahi,suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, b. kenakalan yang menjurus padapelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orangtua tanpa izin, c.kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika,hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan dan lainlain.
c.       Upaya Penanggulangan Kenakalan Anak
“Mencegah lebih baik daripada memperbaiki”,demikian pepatah ini ditulis atau didengar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali pula kita lengah,baru sadar kalau sesuatu kejadian atau peristiwa yang buruk tersebut sudah terjadi. Demikian pula halnya dengan masalah kenakalan anak. Misalnya, kalau disadari bahwa pergaulan (peer group) merupakan salah satu faktor dominan yang dapat menimbulkan kausalitas kenakalan anak, maka seharusnyalah upaya pencegahan itu dapat dilakukan setiap orang tua,guru, atau pun pihak yang terkait dengan mengawasi kelompok bermain anak. Tetapi tidak jarang pula anak dapat mengelabuhi atau memperdayai pihak yang memelihara atau mengawasinya, seperti dalam kasuskasus penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.
d.      Rekomendasi
Aspek health dan wealth perlu diperhatikan dalam upaya penanggulangan kenakalan anak yang bertujuan “untuk kepentingan yang terbaik bagi anak”. Oleh karena ketidakadilan dalam proses peradilan anak delinkuen justru dapat memicu munculnya kenakalan anak dalam bentuk secondary deviant yang dalam aspek kualitas biasanya berkembang dalam bentuk yang lebih jahat. Untuk itulah upaya penanggulangannya secara preventif (pencegahan) maupun represif harus dilaksanakan secara sinergi dan terpadu dengan melibatkan pihak-pihak terkait.
e.       Kesimpulan
Kausalitas dari timbulnya kenakalan anak dan upaya penanggulangannya dapat ditinjau, baik dari perspektif yuridis maupun non yuridis (khususnya kriminologi). Jika kedua perspektif tersebut digunakan secara tepat sesungguhnya akan menunjang Sistem Peradilan Anak yang bertujuan untuk perbaikan dan pertumbuhan fisik dan psikis yang baik, yang berguna bagi perkembangan pribadi dan sosial anak di kemudian hari.
D.    REFLEKSI JURNAL
Setelah saya membaca jurnal di atas saya dapat mengetahui bahwa kenakalan remaja Di bagi dalam tiga tingkatan; a. kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumahtanpa pamit, b. kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orangtua tanpa izin, c.kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika,hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan dan lainlain.
Dan banyak kenakalan remaja yang menjurus ke kriminal seperti mengunakan narkoba ,mencuri dan masih bnyak ,faktor faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja ada 2 dari diri remaja itu dan dari lingkungan nya.
Orang tua juga sangat berpengaruh untuk menangulagi kenakalan remaja orang tua harus lebih memperhatikan anak nya dalam pergaulannya  orang tua juga harus mengawasi anaknya dan  memberikan  ilmu atau pelajaran tentang ke agamaan supaya anak tau perbuatan yang dia lakukannya itu melanggar norma agama dan sosialnya.
Di dalam jurnal di atas masih kurang karena metode yang di gunakan dalam penelitian nya tidak ada dan hasil penelitiannya juga tidak ada dan sumber yang digunakan masih kurang seperti faktor keluarga yang dapat mempengaruhi kenakalan remajan dan lain lain.


E.     KESIMPULAN
Setelah saya membaca jurnal di atas saya dapat menyimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah masa anak mencari identitas diri dengan cara yang negatif atau menyimpang,danfaktor yang paling berpengaruh dalam kenakalan remaja adalah dalam  pergaulannya dan kurangnya pengawasan orang tua dan perhatian orang tua terhadap anaknya.
Cara menangulagi atau mencegah kenakalan remaja dengan memberikan pengetahuan tentang agama dan norma norma yang berlaku, orang tua ,guru dan pihak yang berwajib  harus lebih mengawasi pergaulan anak jaman sekarang.

Thursday, December 10, 2015

jurnal Permasalahan masa remaja: krisis identitas,juvenile deliquent,pergaulan bebas dan penyakit seksual penyalah gunaan napza




Tugas Mandiri Perkembangan Individu
Permasalahan masa remaja: krisis identitas,juvenile deliquent,pergaulan bebas dan penyakit seksual penyalah gunaan napza
Dosen Pengampu
Siti Nurlaila, M.Psi.

Oleh :
Nama : EVENDI SAPUTRA
Npm :14130011
Kelas : A
Kode Sks :

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
OKTOBER 2015



A.    Materi/ Topik
Permasalahan masa remaja: krisis identitas,juvenile deliquent,pergaulan bebas dan penyakit seksual penyalah gunaan napza

B.     Judul Jurnal
1.      Kenakalan remaja di tinjau dari kecerdasan emosi dan penyesuan diri pada siswa SMAN Sesurakarta
2.      Masalah seksual antar remaja di malaysia: studi kasus di  youth rehabilitasi centre di kuala lumpur, malaysia.

C.    Isi Jurnal
1.      Kenakalan remaja di tinjau dari kecerdasan emosi dan penyesuan diri pada siswa SMAN Sesurakarta
a)      Pendahuluan
Masa yang paling rentan bagi kehidupan individu adalah masa remaja karena pada masa ini individu mengalami krisis identitas
Masa remaja adalah masa transisi dari anak- anak menuju dewasa.
b)     Kenakalan remaja
Kenakalan remaja adalah perbuatan antisosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila dilakukan oleh orang dewasa.
Kenakalan remaja ialah anak anak muda yang selalu melakukan tindakan kejahatan dimotivasi untuk mendapatkan perhatian status sosial dan penghargaan dari lingkungan.
c)      Kecerdasaan emosi
Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenalin perasaan kita sendiri atau orang lain,kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
d)     Penyesuaian diri
Perilaku penyesuain diri pada dasar nya terbagi atas dua yaitu pertama adalah pengubahan tingkah laku agar sesuai dengan lingkungannya dan yang kedua mengubah lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku.
e)      Hubungan antara kecerdasan emosi dan penyesuaian diri dengan kenakalan remaja
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
Perkembangan yang terjadi pada masa remaja membuat perubahan fisik,psikis,maupun sosial yang akan berpengaruh terhadap aspek kehidupan remaja di pereode selanjutnya.
f)       Metode penelitian
Teknik pengambilan sempel yang digunakan dalam penelitian ini adalah multi stage cluster random sampling.
Menurut kounter 2009 yaitu jumlah populasi (N-1),maka( 8-1)=7
Sekolah sudah memenuhi syarat untuk penelitian.

2.      Masalah seksual antar remaja di malaysia: studi kasus di  youth rehabilitasi centre di kuala lumpur, malaysia.

a)    Pendahuluan
Apa yang sering tercermin dalam ingatan kita tentang masalah seksual? Masalah seksual telah lama ada, tetapi hanya baru-baru ini telah mendapatkan perhatian. Sebelum akhir 1970, fenomena ini tidak hanya dianggap suatu pelanggaran tetapi tidak memiliki spesifik nama. Dengan ini, orang menganggap masalah seksual ini adalah masalah pribadi yang tidak menjadi berlebihan. Masalah seksual menjadi luas di kalangan remaja karena suatu amoralitas pribadi individu terutama mereka yang telah pindah ke ranah pernikahan. Apa seks? Seks adalah hubungan antara lawan jenis untuk mendapatkan dan mengembangkan generasi keluarga mereka tetapi baru-baru
seks menjadi kesenangan dan kenikmatan bagi remaja terutama anak-anak dan remaja yang belum pindah ke ranah pernikahan. Di lain kata, seks yang dilakukan oleh kedua individu. Masalah seksual yang umum di antara usia 12 sampai 40 tahun. Untuk remaja, mereka mulai terjebak di usia dini dari 12 sampai 21 tahun. Faktanya, masalah seksual terjadi pada remaja karena perubahan mentalitas, fisik dan emosional proses pematangan setelah mereka mencapai usia remaja. Hal ini menyebabkan mereka begitu mudah dipengaruhi karena hingga jatuh tempo tetapi tidak terlalu stabil di usia remaja mereka.

b)      Pernyataan masalah
Penyakit sosial yang mengganggu masalah seksual remaja di negara kita tampaknya tak ada habisnya. Sementara setiap upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini tapi sampai sekarang masih belum terdapat. Remaja apa mengupas kali ini juga bukan masalah baru, bukan keterlibatan remaja perempuan di tengah seks telah lama abses. Usia baru mencapai 14 tahun sudah dikompromikan 'wanita perawan'. Hanya kurangnya liputan media dapat menyebabkan beberapa dari kita berpikir masalahnya adalah lebih dan berhasil diatasi. Apakah ini 'harga' kemajuan? Mohammed Hatta Shaharom (2003), yang menggambarkan remaja? Ia belajar remaja dari perspektif usia, remaja dimulai pada usia 12 dan berakhir pada usia 18. Dengan demikian, di akhir masa remaja, seorang pria berjalan ke gerbang awal usia remaja atau orang dewasa yang akhirnya mencapai usia 25. Dengan ini, pada usia ini remaja sering mengalami perubahan fisik, emosional dan mendorong mereka untuk terlibat dalam berbagai gejala atau bahkan menguntungkan atau tidak. Menurut Erikson, 1950 (teori psikologi Barat), tantangan utama untuk menjadi
ditangani oleh remaja adalah pertarungan antara 'identitas' dan 'kebingungan peran' dalam diri mereka sendiri untuk mengaktifkan mereka untuk menangani masalah ini dengan tenang. Oleh karena itu, mereka tidak mudah terpikat sifat buruk yang hancur karakter remaja pribadi mereka. Pada saat ini remaja memiliki banyak kebingungan untuk semua hal dengan mudah sehingga mereka dapat dengan mudah membuat takjub oleh pengaruh eksternal dan rekan-rekan. Pada saat itu waktu, mereka memiliki kecenderungan untuk mendorong dan pengaruh oleh orang tua mereka juga.

c)      Literatur
Masalah seksual biasanya terjadi di kalangan remaja dan remaja muda di bawah usia yang belum pindah ke ranah pernikahan. Dengan demikian, masalah seksual di kalangan remaja adalah menyebarkan, terlepas dari ras, etnis dan sebagainya. Anak di bawah umur yang terlibat dalam gejala seksual karena hingga jatuh tempo yang belum memahami mentalitas apa yang baik dan buruk. Selanjutnya, masalah seksual di kalangan pemuda di bawah umur penyebaran karena pencampuran bebas antara laki-laki dan perempuan. Bahkan, pada usia itu mereka pasangan yang cerdas. Pergaulan penyebab membuat mereka menjadi beranimembuat seks dengan pasangan tapi ketakutan setengah ditinggalkan oleh kekasih mereka tapi mereka bersedia untuk menyerahkan diri di usia muda tanpa berpikir. Masalah seksual juga disebabkan oleh faktor. Di antara faktor-faktor yang menyebabkan remaja terjebak dalam gejala seksual adalah peran dari orang tua yang tidak memperhitungkan anak-anak mereka bergaul secara bebas. Cinta tidak cukup bahkan pendidikan agama kurang juga memungkinkan mereka untuk bertindak independen. Sebagai tambahan, Faktor pendidikan juga memainkan peran penting. Selanjutnya, lingkungan, teman sebaya, yang media, dan perasaan individu yang ingin mencoba juga memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam lumpur dosa sebelum masuk ke pernikahan. Akibatnya, itu menciptakan dampak atau risiko yang dikeluarkan oleh mereka. Anak laki-laki di bawah umur melakukan hubungan seks sebelum menikah dapat mempengaruhi gambar gadis bahkan efek yang diderita oleh mereka yang sangat dalam. Di antara mereka, beberapa dari mereka hamil sebelum menikah. Akibatnya, mereka harus memiliki kesadaran yang mendalam seksual masalah sebelum mereka terjebak. Dengan demikian, pendidikan seksual atau kesadaran perlu memiliki pada setiap hati dan pikiran pemuda untuk memastikan bahwa mereka tidak melakukan tindakan tidak senonoh sebelum pergi dalam pernikahan. Selain itu, masyarakat juga memiliki apresiasi untuk memungkinkan mereka anak-anak tidak terlibat dalam masalah seksual. Penelitian ini akan menyoroti review tentang seks, efek dari seks dan faktor seks.

d)     Perubahan dan pertumbuhan biologis seksual
Perubahan nyata yang terjadi pada akhir masa remaja selama perubahan fisik dari anak laki-laki yang ditemukan menjadi jelas pada perubahan fisik pada tungkai muncul untuk memulai, jangkauan, dan ketahanan. Sementara gadis itu mulai menunjukkan atribut feminin nya seperti menstruasi, buah diperbesar payudara, pinggang ramping dan pinggul mulai melebar. Atas mencapai pada akhir tarik seks simbol remaja mulai muncul dan disertai juga mulai meningkatkan gairah seksual. Gambar 1 menunjukkan perubahan dan seksual biologis pertumbuhan
e)      Variasi perempuan seksual respon / wanita.
Ada tiga contoh variasi gambar respon seksual wanita. Untuk contoh 1 dan 2 menunjukkan orgasme beberapa bahwa gairah di tingkat dicapai selama stabil tanpa lebih mencapai orgasme (Post sebagai revolusi yang terjadi lebih lambat) sementara juga melihat beberapa contoh 3 yang pengurangan pendek stimulus, diikuti oleh tingkat Resolusi lebih cepat. Siklus respon seksual dibagi menjadi 4 tingkat seperti stimulasi, kondisi stabil, orgasme, dan resolusi. Dengan demikian, definisi variasi kasus, dan satu mungkin tidak menyadari apa yang mereka alami di dalam tubuh pada setiap tahap. Itu lamanya waktu yang dihabiskan oleh seseorang untuk mengalami setiap tingkat dan bahkan urutan setiap tingkat mungkin bervariasi oleh semua orang. Seorang wanita yang berkencan dapat mengalami gairah seksual beberapa kali, bahkan tanpa pengetahuan dan tanpa mengalami tingkat yang stabil. Dia mungkin mengalami gairah seksual dan tingkat stabil menari, tapi akan kembali pada tingkat yang tidak antusias menuju rumah. Setelah di rumah, dia bisa mengalami gairah dan orgasme cepat adalah hasil dari stimulasi langsung dari alat kelamin tanpa mengalami tingkat yang stabil.
                                                 
f)       Sistem seksual Model Abramson (1981)
                        Deaux & Wrigtsman (1984), menyatakan bahwa standar dan sikap terhadap seks Perilaku ini tentu berbeda dari satu budaya ke yang lain. Dalam budaya tertentu, perilaku dan sikap terhadap seks dipandang sebagai sesuatu yang menyenangkan tapi tidak dalam budaya lain yang mempertimbangkan perilaku seksual sebagai sesuatu yang tidak baik. Dan ada juga beberapa kebudayaan melihat seks sebagai sesuatu yang berbahaya. Melalui model ini dari Abramson (1981), menjelaskan faktor-faktor yang mendasari ekspresi seksual dikendalikan oleh sifat mekanisme struktur kognitif. Untuk memahami konsep kognitif Abramson (1981), yang Diagram berikut mencoba untuk menggambarkan tentang perilaku seksual manusia menggunakan kognitif pendekatan. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi struktur kognitif seperti orangtua standar, norma-norma sosial, kematangan dan pengalaman seksual seseorang. Model Abramson berdasarkan prinsip (1981), apa yang terkandung dalam penilaian sebelumnya akan dibuat dan membentuk. Menurut beberapa peneliti Byre (1977) dan Rook & Hammen (1977) di Deaux & Wrightsman (1984) berpendapat bahwa perilaku seksual manusia adalah kombinasi dari belajar dan prinsip-prinsip kognitif.

g)      Faktor-faktor yang menyebabkan seksual
                        Doktrin atau faktor agama adalah peregangan ringan atau moralitas di masa muda sehingga mereka dapat berpikir sebelum melakukan hal-hal yang tidak bermoral. Ringkasan, sipil dan agama dapat pendidikan mempengaruhi pemikiran dan perilaku sosial untuk pencegahan masalah seksual remaja kalangan remaja. Namun, ketegangan atau tekanan tidak selalu menyebabkan negatif atau tindakan yang tidak sehat. Sebenarnya, itu adalah proses alami yang harus diharapkan pada manusia hubungan. Dengan demikian, stres emosional atau bahkan dapat dikatakan menyebabkan masalah seksual antara remaja. Namun, stres atau emosi juga mempengaruhi remaja terlibat dalam seks gejala akibat perubahan hormonal dalam dirinya. Orang tua memainkan peran penting dalam pendidikan agama dan tidak hanya mengandalkan agama pendidikan yang diberikan oleh guru di sekolah (Zakiah Darajat, 1983). Orang tua benar adalah orang tua yang sangat baik tetapi juga orang tua yang memiliki tekad untuk berpegang pada mereka sendiri program pembangunan manusia dari waktu ke waktu untuk mengekang kekerasan seksual. Menurut Abdul Rashid Abdul Rahman (1995), Wakil Komisaris Polisi Penelitian Cabang di Bukit Aman, Kuala Lumpur menegaskan bahwa gesekan antara anak dan orang tua mempengaruhi remaja untuk melakukan kejahatan. Asosiasi seksual dengan non-hidup lingkungan memberikan kesempatan untuk melarikan diri atau individu untuk memperbaiki kehidupan mereka tidak akan terjebak dalam gejala destruktif dan makhluk hidup masa depan. Dengan ini, lingkungan adalah salah satu faktor yang terlibat dalam gejala seksual remaja mengemudi.

h)      Pemuda
            Musadad Hj Ahmad. Solomon (1992) menjelaskan bahwa pemuda Muslim saat ini adalah generasi yang akan mengambil alih tugas generasi muda untuk memimpin negara, bangsa dan orang-orang dari masa depan. Oleh karena itu, pemuda berada di garis depan eksploitasi Barat penargetan terkesan dengan kehidupan sosial Barat. Tetapi kebanyakan ulama, intelektual dari akademisi juga prihatin dengan masalah pemuda hari ini, terutama anak muda Muslim. Menurut Hans Sebald dari Arizona State University dalam sebuah buku berjudul 'remaja: A Psychological Analisis Sosial' (1984) mendefinisikan remaja sebagai "adolescere ' dari remaja yang tumbuh ke dalam kedewasaan. Dengan ini, tahap atau proses pembangunan meliputi fisiologi, tubuh organisme dan sebagainya. Di sisi lain, masa remaja adalah perantara antara usia dewasa muda. Dengan demikian, ia menjelaskan bahwa pemuda mengalami masa transisi tanpa tanggung jawab apapun yang tidak akan menyebabkan usia dewasa sibuk kompetisi dan perjuangan demi kelangsungan hidup (Kulop Robiah Hamzah, 1994)

i)        Pertumbuhan dan perkembangan seksual kepribadian remaja Pertumbuhan dan perkembangan seksual adalah proses di mana ia bekerja kompleks tetapi mencakup perubahan kuantitatif dan kualitatif dalam fisik, perseptual, intelektual, bahasa, emosional, sosial dan moral individual. Pertumbuhan terjadi dalam individu yang dianggap sebagai proses perubahan fisiologis seperti pengembangan sekunder dan primer seks, berat badan, tinggi badan dan pembesaran organ internal selama pematangan Proses (Mohamad Saleh Lebar, 1999). Dengan kata lain, perkembangan di masa muda adalah sebagai bentuk perubahan struktural, pendapat dan perilaku setelah mencapai kematangan seksual, terutama di daerah tertentu.

j)        remaja Kepribadian di seksual

Ciri-ciri kepribadian memiliki masalah perilaku sebagai berikut (1) memiliki ikatan sentimental tapi kasar dengan orang lain dan selalu terlalu percaya diri dari kemampuan mereka, (2) hidup mereka tidak dalam rangka dan tidak menyadari aturan, (3) mereka juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain dan (4) lebih tertarik dengan situasi tak terduga atau alam ketegangan (Halcomb, 1991). Menurut ahli kriminolog, Sekolah Ilmu Sosial, Universiti Sains Malaysia (USM), Dr. P. Sundramoorthy menyatakan bahwa tindakan tersebut naluri kejam atau sadis dari sifat manusia, dan itu bisa eksis di salah satu tanpa memandang usia dan etnis. Namun, seksual mencerminkan kepribadian dari sistem psikofisik remaja sebagai organisasi yang dinamis dalam individu yang menentukan karakteristik perilaku dan adaptasi terhadap lingkungan (Gordon Allport, 1961). Menurut Mischel (1981) dari Stanford Universitas, menggambarkan kepribadian pola perilaku remaja disesuaikan dengan situasi kehidupan mereka. Dengan kata lain, kepribadian juga berhubungan dengan pemikiran, mental- emosional dan perilaku seseorang (Maddi, 1980).

k)       Hipotesis Menurut Kenneth D. Bailey
di "Metode Penelitian Sosial" mendefinisikan hipotesis seperti yang dinyatakan dalam bentuk proposisi yang dapat diuji dan memprediksi hubungan tertentu antara dua (2) atau lebih variabel. Terdiri dari variabel independen dan dependen variabel. Dalam penelitian ini, variabel dependen adalah seksual dan variabel independen adalah faktor yang menyebabkan masalah seksual. Berdasarkan bagian sebelumnya, penelitian ini mengusulkan untuk menguji enam hipotesis, yang adalah sebagai berikut: H 1 : Tingkat pendidikan terkait dengan kualitas hidup atau hubungan dengan remaja.
H2 : Hubungan antara perilaku remaja dengan fenomena seksual.
 H 3 : Hubungan antara partisipasi dalam masyarakat atau pemuda persepsi budaya seksual.
 H 4 : Hubungan seksual antara perkembangan penyakit, pecandu narkoba dan kejahatan.
 H 5 : Perubahan psikologis dan pertumbuhan terkait dengan budaya seksual diadopsi oleh dewasa muda.
 H 6: Hubungan antara masalah seksual di kalangan remaja terkait dengan status sosial ekonomi keluarga.

l)        Metodologi
Metodologi penelitian adalah metode bagaimana peneliti membuat pertanyaan atau penelitian. Survei penelitian yang dilakukan dan sifat penelitian kuesioner yang dibagikan untuk remaja untuk mendapatkan informasi tentang gejala seksual yang menyebabkan runtuhnya moral mereka karakter. Survei masalah seksual dikaitkan dengan sejumlah variabel independen responden 'latar belakang, ras, usia, pendidikan dan sebagainya. Sampling didasarkan pada data dan jumlah remaja dan informasi yang diperoleh dari petugas polisi tentang data yang mereka miliki tentang masalah seksual. Survei dipilih sesuai dengan
Tujuan penelitian ini. Di antara mereka kita harus melihat faktor-faktor yang mempengaruhi remaja keterlibatan dalam gejala seksual, risiko dan dampak yang diderita oleh mereka serta persepsi masalah seksual di kalangan remaja baik dari segi internal dan eksternal. Di studi kasus ini, ada beberapa fitur yang harus diperhitungkan dalam desain penelitian, populasi, sampel, kuesioner, studi percontohan, data pooling dan analisis data

m)     Desain Penelitian
Desain penelitian mengacu pada desain penelitian yang diambil sebagai sumber data untuk membuktikan hasil studi kasus. Responden dalam penelitian ini terdiri dari seratus (100) remaja. Dalam rangka untuk memeriksa persepsi mereka sendiri dari remaja yang berkaitan dengan masalah seksual. Dalam hal gender melibatkan anak laki-laki dan perempuan. Ini merupakan survei yang kuesioner yang digunakan untuk mengelola penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif di mana pernyataan masalah, pertanyaan penelitian atau hipotesis adalah (1) spesifik dan terfokus dan (2) menilai variabel yang dapat diamati serta diukur. Statistik inferensial akan digunakan untuk analisis dan generalisasi mayoritas ini.Penelitian ini bertujuan untuk mengukur, menentukan dan menguji hubungan antara faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kualitas hidup masalah seksual dan seksual persepsi tentang pemuda, pekerjaan dan pendidikan, dan pola perilaku serta dampak. Selanjutnya, penelitian ini juga ingin melihat perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual di kalangan remaja dengan faktor demografi.

n)      Hasil
Temuan yang diperoleh dari 100 responden yang berpartisipasi di Youth Pusat rehabilitasi di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini meliputi profil dari karakteristik demografi responden mengakui keterlibatan mereka dalam gejala seksual. Dengan demikian, total 60 responden laki-laki dan 40 anak perempuan dari responden yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, informasi dari Kepolisian Kerajaan Malaysia Mabes, Polri Bukit Aman markas Kontingen, KL juga terkena dalam belajar sebagai sumber data primer

o)      Implikasi dari Studi Kasus
 Masalah seksual di kalangan remaja di Malaysia memiliki dampak yang langgeng pada pemuda dan menyebabkan dekadensi moral dan terkontaminasi identitas mereka di usia muda setelah terjebak dalam lumpur dosa. Melalui penelitian ini, efek yang timbul untuk remaja muda yang terlibat dalam masalah seksual, mereka memiliki kurangnya perhatian dari orang tua dan masyarakat karena mereka dianggap sebagai konsekuensi manusia keluarga tindakan merendahkan paling hina. Ada juga studi yang dilakukan ditemukan bahwa motivasi, psikologi dan mental mendorong mereka terus terpikat ke gejala seksual atau rendah hati. Dengan demikian, dalam posisi yang akan menjadi negara maju, proses akan terpengaruh sebagai hasil dari seorang remaja yang tidak bertanggung jawab, pengembangan diri dan menahan diri dari lanjut terhadap gejala seksual menghapus masa depan mereka.

p)       Rekomendasi Kebijakan
Koordinasi proses, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi merupakan aspek penting dalam memecahkan masalah seksual di kalangan remaja. Dengan demikian, penciptaan perbuatan itu salah satu aturan atau undang-undang yang ada dalam memecahkan masalah, tetapi tindakan itu sangat berguna untuk masyarakat. Pihak berwenang harus memberikan mandat kepada badan-badan pemerintah dan non-pemerintah organisasi (LSM) untuk melaksanakan dan memantau area spesifik untuk mengaktifkan identifikasi masalah.

D.    REFLEKSI JURNAL
1.      Kenakalan remaja di tinjau dari kecerdasan emosi dan penyesuan diri pada siswa SMAN Sesurakarta
Setelah saya membaca jurnal pertama dengan tema diatas saya dapat mengetahui bahwa Kenakalan remaja adalah perbuatan antisosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila dilakukan oleh orang dewasa.Kenakalan remaja ialah anak anak muda yang selalu melakukan tindakan kejahatan dimotivasi untuk mendapatkan perhatian status sosial dan penghargaan dari lingkungan.
Saya juga jadi mengetahui  Perilaku penyesuain diri pada dasar nya terbagi atas dua yaitu pertama adalah pengubahan tingkah laku agar sesuai dengan lingkungannya dan yang kedua mengubah lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku.
Dan menurut pendapat saya kenakalan remaja dikarekan dia ingin mencari jatidiri mereka dengan cara yang mennyimpang untuk mendapat kan sebuah penghargaan atau sebuah perhatian yang dia ingin didapatkan.

Kesimpulan jurnal 1
Setelah saya mempelajari dan mengamati jurnal yang pertama diatas saya dapat menyimpulkan bahwa  terdapat hubungan signifikan antara kecerdasan emosi dan prnyesuaian diri dengan kenakalan remaja pada siswa sma n se-surakarta.
Hal ini me
nujukan adanya korelsi positif yang signifikan kecerdasan emosi dan penyesuaian diri dengan kenakanlan remaja pada siswa sma n se-surakarta dapat menjadi prediktor bagi kenakalan remaja.

2.      Masalah seksual antar remaja di malaysia: studi kasus di  youth rehabilitasi centre di kuala lumpur, malaysia.
 Setelah saya membaca jurnal kedua dengan tema di atas Di antara faktor-faktor yang menyebabkan remaja terjebak dalam gejala seksual adalah peran dari orang tua yang tidak memperhitungkan anak-anak mereka bergaul secara bebas. Cinta tidak cukup bahkan pendidikan agama kurang juga memungkinkan mereka untuk bertindak independen. Sebagai tambahan, Faktor pendidikan juga memainkan peran penting. Selanjutnya, lingkungan, teman sebaya, media, dan perasaan individu yang ingin mencoba juga memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam lumpur dosa sebelum masuk ke pernikahan. Akibatnya, itu menciptakan dampak atau risiko yang dikeluarkan oleh mereka. Anak laki-laki di bawah umur melakukan hubungan seks sebelum menikah dapat mempengaruhi gambar gadis bahkan efek yang diderita oleh mereka yang sangat dalam. Di antara mereka, beberapa dari mereka hamil sebelum menikah. Akibatnya, mereka harus memiliki kesadaran yang mendalam seksual masalah sebelum mereka terjebak. Dengan demikian, pendidikan seksual atau kesadaran perlu memiliki pada setiap hati dan pikiran pemuda untuk memastikan bahwa mereka tidak melakukan tindakan tidak senonoh sebelum pergi dalam pernikahan.
Saya sejutu pendapat Profesor Dr Syed Hassan Ahmad, (2005), Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan di UNIMAS, menjelaskan bahwa dalam konteks manusia pembangunan akan dibahas tentang masalah seksualitas dan pengembangan yang berkorelasi dengan proses pematangan seseorang.Karena setiap seseorang yang akan mengalami pertumbuhan atau kematangan akan dibahas tentang masalah seksualitas, karena dalam hal ini mencangkup remaja. Jika remaja tidak dibekali dalam hal seksualitas akan menyalahgunakan yang tidak baik.
Kesimpulan jurnal 2
Secara keseluruhan, studi kasus ini menyimpulkan masalah seksual di kalangan remaja di Youth Pusat rehabilitasi, Kuala Lumpur di Malaysia. Oleh karena itu, ringkasan ini akan menutupi Seluruh studi telah dibahas serta saran dan diskusi tentang peran juga akan memungkinkan formulasi dibuat untuk memberikan penjelasan yang benar dan akurat. Masalah seksual antara remaja adalah karena proses perkembangan pesat tetapi sebuah asosiasi independen karena pengaruh budaya barat. Dengan ini, orang menganggap masalah seksual ini adalah masalah pribadi yang tidak dibesar-besarkan. Masalah seksual menjadi meluas kalangan remaja menyebabkan amoralitas pribadi seseorang.











Komentar dosen pengampu