Thursday, December 10, 2015

makalah kemampuan afektif




TUGAS MANDIRI
Sebagai salah satu syarat untuk menempuh mata kuliah Pengajaran Psikologi dan Bimbingan
DosenPengampu:
Mudaim, M.Si
                                                                                                                  







Disusun Oleh:





Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prodi Bimbingan dan Konseling
Universitas Muhammadiyah Metro
2015




KATA PENGANTAR
Allhamdulillah penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat &  hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih  kepada Bapak Mudaim, M.si. Selaku Dosen di Universitas Muhammadiyah Metro yang masih memberikan kepercayaannya kepada penulis dan tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang sudah memberikan dukungan untuk pembuatan makalah ini.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
Oleh karena itu maju mundurnya suatu pendidikan sangat menentukan bagi bangsa dan Negara khususnya generasi yang akan dating.
Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga  makalah ini dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis kususnya, dan umumnya bagi seluruh pembaca.





                                                                                                    September 2015

                                                                                         

                                                                                                       Penulis






DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar........................................................................................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
·         Latar Belakang............................................................................................................................................ 1
·         Rumusan Masalah..................................................................................................................................... 2
·         Tujuan.............................................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
·         Definisi Psikologi....................................................................................................................................... 3
·         Kebutuhan Psikologi............................................................................................................................... 3
·         Kebutuhan yang mempengaruhi psikologi pada BBL....................................................... 6
·         Masalah Psikologi Pada Anak............................................................................................................ 9
·         Masalah-masalah Psikologi pada Anak yang Sering Terjadi......................................... 10
·         Kebutuhan Bimbingan Psikologi..................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
·         Kesimpulan.................................................................................................................................................... 13
Saran.................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

 

  

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Dalam pendidikan kita mengenal ada tiga ranah yang menjadi ukuran penilaian dalam pembelajaran, yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Masing-masing ranah mempunyai kriteria-kriteria tertentu dalam pengukurannya. Begitu pula dengan cara pengukurannya, tiap-tiap ranah tentu berbeda.
Pengukuran pada ranah afektif tidak semudah melakukan pada pengukuran kognitif. Namun itu bukan berarti ranah tersebut tidak dapat diukur. Ada kriteria-kriteria tertentu ang menjadi pedoman dalam pengukuran ini. Dalam makalah ini akan dibahas mengenain apa itu ranah afektif, apa saja tahapannya serta bagaimana cara kita mengukur ranah tersebut. Dengan makalah ini diharpakan kita dapat lebih memahami mengenai ranah afektif dan nantinya dapat mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.

                  
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian kemampuan afektif ?
2.      Bagaimana jenjang- jenjang dalam kemampuan afektif menurut Taksonomi Bloom ?
3.      Aapa saja kriteria yang dikembangkan dalam ranah afektif  dan cara pengukurannya?



BAB II
PEMBAHASAN

Kemampuan afektif yang berkaitan dengan minat dan sikap ini, erat hubungannya dengan emosi anak didik. Jika kemampuan afektif pada anak tidak tumbuh atau muncul, maka efeknya secara tidak langsung si anak tidak dapat menyenangi atau fokus atau merespon dengan baik terhadap mata pelajaran yang diajarkan atau diberikan. Sehingga kemampuan ini sangat perlu untuk diperhatikan secara lebih oleh tenaga pendidik maupun orang tua terhadap anak didik.
Kemampuan afektif dibagi kedalam lima jenjang menurut Taksonomi Bloom (1956), yaitu :
  1. Receiving atau attending : (menerima atau memeperhatikan),
 adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada  dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyelesaikan gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Contoh hasil belajar ranah afektif receiving adalah peserta didik memperhatikan gerakan-gerakan sholat yang dilakukan oleh orang muslim.
  1. Responding (menanggapi)
mengandung arti "adanya parsitipasi aktif". Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang receiving. Contoh hasil balajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi ajaran-ajaran Islam tentang tata cara melakukan sholat
  1. Valuing (menilai=menghargai).
Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dri pada receiving atau responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mampu menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan "itu adalah baik", maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya keinginan yang kuat pada diri peserta didik untuk melakukan ibadah sholat ketika waktu sholat itu tiba, dimanapun dia berada.
  1. Organization (=mengatur atau mengorganisasikan),
artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai afektif jenjang organization adalah peserta didik melaksanakan sholat wajib lima waktu sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
  1. Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai),
 yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai . nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya menjadi sebuah kebiasaan diri. Contoh daari nialai afektif ini adalah peserta didik menjadi terbiasa melakukan sholat wajib lima waktu tanpa harus ada perintah dari orang lain.


Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena kemampuan yang dinilai dalam ranah afektif adalah :
  • Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian.
  • Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan.
  • Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai.
·      Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasi nilai, mamahami hubungan abstrak,
      mangorganisasi sistem suatu nilai.


Penilaian afektif memiliki tujuan utama yaitu mengetahui karakter siswa dalam proses pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat dibagi menjadi tiga bagian menurut Chatib (2012), yaitu:
  1. Penilaian pada saat proses belajar sedang berlangsung. Pemberi nilai dalam kondisi ini dilakukan oleh guru kelas. Output-nya berbentuk laporan perkembangan siswa.
  2. Penilaian di luar proses belajar di dalam sekolah. pemberi nilai adalah semua guru di sekolah yang berkesempatan memantau sikap siswa. Laporannya berbentuk buku poin, buku pintar, dll.
  3. Penilaian di luar sekolah atau di rumah. pemberi nilai adalah orang tua. Laporannya berbentuk buku penyembung atau penghubung.
Penilaian afektif pada saat proses belajar
 adalah bagaimana sikap, respons, dan minat siswa terhadap proses belajar. Indikator penilaian afektif ini jumlahnya bermacam-macam, namun minimal harus memenuhi persyaratan indikator:
  1. Sikap siswa terhadap dirinya sendiri selama proses belajar.
 Contoh indikatornya adalah kehadiran siswa.
  1. Sikap siswa dalam hubungan dengan guru selama proses belajar.
Contoh indikatornya adalah perhatian terhadap guru pada saat proses belajar berlangsung.
  1. Sikap siswa dalam hungungan dengan teman-temannya selama proses belajar.
Contoh indikatornya adalah sikap siswa terhadap teman-temannya pada saat proses belajar berlangsung (membuat keributan, mengajak ngobrol temannya, menjahili temannya, dll).
  1. Sikap siswa dalam hubungan dengan lingkungannya selama proses belajar.
Contoh indikatornya adalah sikap siswa terhadap kebersihan kelas.
  1. Respon siswa terhadap materi pembelajaran.
 Contoh indikatornya adalah motivasi dan partisipasi siswa dalam materi pembelajaran.

Penialaian afektif di luar proses belajar
 adalah penilaian terhadap sikap dan perilaku siswa dipandang dari sikap internal dan hubungannya dengan lingkungan sekolah yang lain. Umumnya perilaku ini dibagi menjadi dua, yaitu perilaku baik atau buruk. kumpulan nilai perilaku ini dibukukan menjadi buku tertentu, misalnya dengan nama Buku Akhlaq, Buku Pandai, Buku Perilaku, dsb.
 Contoh kasusnya, saat jam istirahat ada dua siswa yang berkelahi, anta A dan B. Guru yang melihat kejadian tersebut (utamanya guru kelas) harus mencatat dalam buku afektif atau perilaku milik kedua siswa tersebut, yang dicatat adalah pelaku dan kejadian yang terjadi. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah kejadian yang baik, maka sang guru juga harus mencatatnya. Siswa pun harus mengetahui bahwa perilaku mereka dicatat dalam buku afektif tersebut.
Buku tersebut dapat berupa tabel dengan isi kolom nomor, nama, tanggal, perilaku (baik dan buruk). Buku tersebut untuk setiap anak. Atau sekolah dapat mengkombinasikan pemberian poin merah umtuk perbuatan tidak baik dan poin biru untuk perbuatan baik. kemudian, hasil poin biru atau merah dalam jumlah tertentu akan mendapat apresiasi dan konsekuensi edukasi bagi siswa bersangkutan.

Penilaian afektif di rumah,
biasanya dilakukan oleh orang tua untuk mengisi buku penyambung yang memuat kebiasaan-kebiasaan baik siswa di rumah, misalnya perilaku kebiasaan siswa sholat wajib berjamaah, membaca Al-Qur'an, membantu orang tua, pergi ke masjid, dsb.













BAB III
PENUTUPAN


Kesimpulan

Kemampuan afektif yang berkaitan dengan minat dan sikap ini, erat hubungannya dengan emosi anak didik. Jika kemampuan afektif pada anak tidak tumbuh atau muncul, maka efeknya secara tidak langsung si anak tidak dapat menyenangi atau fokus atau merespon dengan baik terhadap mata pelajaran yang diajarkan atau diberikan. Sehingga kemampuan ini sangat perlu untuk diperhatikan secara lebih oleh tenaga pendidik maupun orang tua terhadap anak didik.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: Receiving atau attending, Responding, Valuing,dan Organization, Characterization by evalue or calue complex.
Ada lima tipe karakterstik ang penting untuk dikembangkan dalam ranah afektif, yakni sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.
Manuver di jalan Allah, tidak hanya berperang. Tapi punya pengertian yang luas. Dakwah –dengan segala bentuknya– adalah bentuk manuver di jalan Allah. Karena itu dalam surat At-Taubah Allah swt. menyebutkan:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah: 122)



No comments:

Post a Comment